TUGAS PORTOFOLIO KE – 4
NA’ILIR ROKHMAH / 2108049031
1. Bagaimana
implementasi dalil Charles Prosser ke-2 dan ke-16 pada pendidikan vokasi
di Indonesia?
Dalil 2 :Pendidikan
kejuruan yang efektif hanyadapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan
dengan cara, alat dan mesin yang samaseperti yang ditetapkan di tempat
kerja. Menurut saya artinya diatas adalah konsekuensinya peralatan yang
digunakan disekolah harus mendekati atau sama dengan yang ada diindustri.
Pendidikan kejuruan semestinya dimulai dari dunia kerja dan diakhiri di dunia
kerja, karena pendidikan kejuruan dirancang untuk memenuhi kebutuhan dunia
kerja, sehingga pembelajarannya harus mengacu pada kompetensi yang dibutuhkan
oleh dunia kerja, yang artinya output dari pendidikan kejuruan harus dapat
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Dalil 16 :Pendidikan
kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan
kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.Menurut saya artinya adalah
pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, sikap
dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan pendidikan kejuruan
memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek. Jika pendidikan kejuruan
minim biaya dan tidak terpenuhi maka berdampak siswa dikemudian hari yang
hilangnya soft skill dan hard skill. Jika biaya tidak terpenuhi maka sebaiknya
pendidikan kejuruan tidak boleh memaksakan karena berdampak ke semua lingkungan
sekitar pendidikan kejuruannya.
2. Pada situasi dan
keadaan seperti apakah teori belajar behaviorisme, kognitivisme dan
kostruktivisme menjadi teori yang tepat pada pendidikan vokasi? Berikan contoh-contoh
kasusnya.
a. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka tingkah laku siswatidak berubah maka belum dikatakan belajar. Dan di teori belajar behavioristik, apabila tingkah laku siswa belum berubah maka akan berlaku sistem hukuman. Apabila belajartidak bisa terus, dan diajarkan lagi, tidak bisa lagi, maka akan berlaku sistem hukumandan dengan hukuman itu dapat membuat siswa jera dan akan membuat siswa unntukbelajar lebih giat lagi. Sebagai contoh, seorang anak disusurh oleh gurunya untukmenghapal perkalian dan maju keesokan harinya, namun anak tersebut belum menghapalnya dan disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya dan boleh duduk hingga menghapalnya. Di Indonesia yang berlaku adalah teori belajar behavioristik, karena sistem kurikulum kita berbasis kompetensi. Maka dari itu biasanya di sekolah-sekolah biasanya gurulah yang lebih berkuasa, karena memang begitulah teori belajar ini.Proses belajar mengajarnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa (Asri Budiningsih, 2008- 16) contohnya daftar perkalian dan lain
sebagainya. Dan proses adalah proses belajar mengajar berlangsung. Respon
adalah tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Kekurangan dalam teori belajar ini yaitu proses belajaryang komplek
tidak terjelaskan, asumsi stimulus respon terlalu sederhana.
Contoh aplikasi teori behaviorisme yaitu:
ü Menetukan tujuan-tujuan instruksional
ü Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)
ü Menetukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik)
ü Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil
(sub pokok bahasan, sub topik)
ü Menyajikan materi pelajaran
ü Memberikan stimulus berupa: pertanyaan, tes, latihan,
tugas-tugas
ü Mengamati dan kengkaji respons yang diberikan
ü Memberikan penguatan/reinforcement (positif atau
negatif)
ü Memberikan stimulus baru
ü Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan
(mengevaluasi hasil belajar)
ü Memberikan penguatan
b. Teori Belajar Kognitivisme
Merupakan bahwa
belajar adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya (Asri Budinigsih, 2008-26). Teori belajar kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi/materi pelajaran ,enjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna. Dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang
sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pada teori belajar
kognitivisme terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut: lebih dekat ke
psikologi, sulit melihat “stuktur kognitif” pada setiap individu. Contoh
aplikasi-aplikasi teori kognitivisme yaitu:
ü
Menetukan
tujuan-tujuan instruksional
ü
Memilih materi
palajaran
ü
Menetukan materi yang
mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif
ü
Menentukan dan
merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang akan dipelajari
mahasiswa
ü
Mempersiapakan
pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk berdiskusi dan
bertanya
ü
Mengevaluasi proses
dan hasil belajar
c. Konstruktivisme
Merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan
siswa yang sedang balajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman
baru, ilmu yang didapatkan tidak dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa,
isi materi pleajaran ditentukan oleh mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih,
2008-44). Proses mendapatkan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut:
belajar dengan teori konstruktivisme dihasilakan
dari lingkungan sekitar dengan menggunakan pancaindera seperti
melihat, mendengar menjamah, mencium dan merasakan. Ataupun dengan
pengetahuan sebelumnya seperti pengetahuan fisik, pengetahuan
kognitif, ataupun pengetahuan mental. Strategi pembelajaran kontruktivisme
yaitu: belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan lain
seagainya.
3.
Saat ini telah
berkembang aliran baru teori belajar yang disebut konektivisme. Apa definisi
teori belajar ini dan mengapa teori belajar ini diyakini dapat menjadi
alternatif landasan teori belajar vokasi di era digital sekarang? Bagaimana
langkah-langkah guru dan siswa yang tepat agar implementasi teori ini menjadi
efektif?
ü Teori kognitivisme merupakan bahwa belajar
dilaksanakan individu merupakan hasil interaksi aktivitas mentalnya dengan
lingkungan hingga menghasilkan perubahan perilaku dan pengetahuan.
ü Teori kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu
dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan sehingga
pengetahuan itu bersifat non-objektif, temporer, serta selalu berubah. Belajar
merupakan pemaknaan pengetahuan, sedangkan mengajar itu menggali makna. Pada
teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna
yang unik, sehingga bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
yang dipelajari. Teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Jadi dengan adanya teori kognitivisme seorang siswa
akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan
yang mereka dapatkan tetap setia dalam ingatan.
ü Dalam proses belajar mengajar
di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah guru
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang
bagi mereka untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar