About

Senin, 25 April 2022

Landasan Filosofis PTK

TUGAS PORTOFOLIO KE – 4

NA’ILIR ROKHMAH / 2108049031

1.   Bagaimana implementasi dalil Charles Prosser ke-2 dan ke-16  pada pendidikan vokasi di Indonesia? 

Dalil 2 :Pendidikan kejuruan yang efektif hanyadapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang samaseperti yang ditetapkan di tempat kerja. Menurut saya artinya diatas adalah konsekuensinya peralatan yang digunakan disekolah harus mendekati atau sama dengan yang ada diindustri. Pendidikan kejuruan semestinya dimulai dari dunia kerja dan diakhiri di dunia kerja, karena pendidikan kejuruan dirancang untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja, sehingga pembelajarannya harus mengacu pada kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, yang artinya output dari pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Dalil 16 :Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.Menurut saya artinya adalah pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek. Jika pendidikan kejuruan minim biaya dan tidak terpenuhi maka berdampak siswa dikemudian hari yang hilangnya soft skill dan hard skill. Jika biaya tidak terpenuhi maka sebaiknya pendidikan kejuruan tidak boleh memaksakan karena berdampak ke semua lingkungan sekitar pendidikan kejuruannya.

 

2.  Pada situasi dan keadaan seperti apakah teori belajar behaviorisme, kognitivisme dan kostruktivisme menjadi teori yang tepat pada pendidikan vokasi? Berikan contoh-contoh kasusnya.

a.         Teori Behaviorisme



      Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka tingkah laku siswatidak berubah maka belum dikatakan belajar. Dan di teori belajar behavioristik, apabila tingkah laku siswa belum berubah maka akan berlaku sistem hukuman. Apabila belajartidak bisa terus, dan diajarkan lagi, tidak bisa lagi, maka akan berlaku sistem hukumandan dengan hukuman itu dapat membuat siswa jera dan akan membuat siswa unntukbelajar lebih giat lagi. Sebagai contoh, seorang anak disusurh oleh gurunya untukmenghapal perkalian dan maju keesokan harinya, namun anak tersebut belum menghapalnya dan disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya dan boleh duduk hingga menghapalnya. Di Indonesia yang berlaku adalah teori belajar behavioristik, karena sistem kurikulum kita berbasis kompetensi. Maka dari itu biasanya di sekolah-sekolah biasanya gurulah yang lebih berkuasa, karena memang begitulah teori belajar ini.Proses belajar mengajarnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa (Asri Budiningsih, 2008- 16) contohnya daftar perkalian dan lain sebagainya. Dan proses adalah proses belajar mengajar berlangsung. Respon adalah tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Kekurangan dalam teori belajar ini yaitu proses belajaryang komplek tidak terjelaskan, asumsi stimulus respon terlalu sederhana. Contoh aplikasi teori behaviorisme yaitu:

ü  Menetukan tujuan-tujuan instruksional

ü  Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)

ü  Menetukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik)

ü  Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan, sub topik)

ü  Menyajikan materi pelajaran

ü  Memberikan stimulus berupa: pertanyaan, tes, latihan, tugas-tugas

ü  Mengamati dan kengkaji respons yang diberikan

ü  Memberikan penguatan/reinforcement (positif atau negatif)

ü  Memberikan stimulus baru

ü  Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar)

ü  Memberikan penguatan

 

b.      Teori Belajar Kognitivisme



Merupakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008-26). Teori belajar kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran ,enjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pada teori belajar kognitivisme terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut: lebih dekat ke psikologi, sulit melihat “stuktur kognitif” pada setiap individu. Contoh aplikasi-aplikasi teori kognitivisme yaitu:

ü  Menetukan tujuan-tujuan instruksional

ü  Memilih materi palajaran

ü  Menetukan materi yang mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif

ü  Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang akan dipelajari mahasiswa

ü  Mempersiapakan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk berdiskusi dan bertanya

ü  Mengevaluasi proses dan hasil belajar

 

c.       Konstruktivisme



Merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa yang sedang balajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan tidak dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa, isi materi pleajaran ditentukan oleh mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih, 2008-44). Proses mendapatkan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut:

belajar dengan teori konstruktivisme dihasilakan dari lingkungan sekitar dengan menggunakan pancaindera seperti melihat, mendengar menjamah, mencium dan merasakan. Ataupun dengan pengetahuan sebelumnya seperti pengetahuan fisik, pengetahuan  kognitif, ataupun pengetahuan mental. Strategi pembelajaran kontruktivisme yaitu: belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan lain seagainya.

 

 

3.             Saat ini telah berkembang aliran baru teori belajar yang disebut konektivisme. Apa definisi teori belajar ini dan mengapa teori belajar ini diyakini dapat menjadi alternatif landasan teori belajar vokasi di era digital sekarang? Bagaimana langkah-langkah guru dan siswa yang tepat agar implementasi teori ini menjadi efektif?

ü  Teori kognitivisme merupakan bahwa belajar dilaksanakan individu merupakan hasil interaksi aktivitas mentalnya dengan lingkungan hingga menghasilkan perubahan perilaku dan pengetahuan.

ü  Teori kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan sehingga pengetahuan itu bersifat non-objektif, temporer, serta selalu berubah. Belajar merupakan pemaknaan pengetahuan, sedangkan mengajar itu menggali makna. Pada teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, sehingga bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jadi dengan adanya teori kognitivisme seorang siswa akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tetap setia dalam ingatan.

ü  Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang bagi mereka untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.

 

  

0 $type={blogger}:

Posting Komentar

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5

Video's