About

Sabtu, 20 Juli 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik

 

Koneksi Antar Materi Modul 2.3

Coaching Untuk Supervisi Akademik

 


Tujuan Pembelajaran: 

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.

A.     Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

1.        Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

       Definisi coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

       Dalam kegiatan coaching tentunya terdapat langkah -langkah yang harus kita ketahui agar proses coaching berhasil. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan dirinya.  Adapaun paradigma berpikir coaching diantaranya:

·           Fokus pada coachee yang akan dikembangkan

·           Bersikap terbuka dan ingin tahu

·           Memiliki kesadaran diri yang kuat

·           Mampu melihat peluang baru dan masa depan

       Dalam melakukan kegiatan coaching, kita bisa menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA bertujuan untuk membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna. Adapun alur TIRTA terdiri dari:

a.   Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee) Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) 

b.  Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi) 

c.   Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat) 

d.  Tanggung jawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya).

Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) terdapat 8 kompetensi inti untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, namun hanya 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah diantaranya kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Menurut Julian Treasure salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask. RASA dapat dijabarkan diantaranya:

a.      R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semua informasi yang disampaikan coachee. 

b.     A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. 

c.      S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai 

d.     A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot.

 

Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

a.         Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru

b.        Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu

c.         Terencana

d.        Reflektif

e.         Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati

f.          Berkesinambungan

g.        Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. 

Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi.

a.         Pra-observasi: Pertemuan pra-observasi merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri

b.        Observasi: Aktivitas kunjungan yang dilakukan oleh supervisor

c.         Pasca-observasi: Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.

 

 

2.        Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Sebelum mempelajari modul 2.2, dari judulnya saja coaching saya sudah penasaran karena ini adalah istilah asing yang baru saya dengar. Apa yang dimaksud dengan coaching itu sendiri dan seperti apa bentuk penerapannya. Saya juga merasa takut dan cemas karena takut tidak bisa memahamai pembelajaran pada modul 2.3 ini dengan baik.

Pada saat prose pembelajaran modul 2.3 berlangsung, di awal pembelajaran mulai dari kegiatan mulai dari diri dan ekplorasi konsep, saya sudah mulai memahami terkait modul 2.3 ini. Hal ini dikarenakan proses pembelajatran yang disuguhkan di LMS tidak membosankan, terdapat video- video yang menarik dan sangat informatif sehingga membuat saya lebih memahami modul 2.3 ini. Pada ruang kolaborasi saya juga menjadi lebih bersemangat karena disini saya diajak praktik langsung untuk menerapkan coaching. Pada kegiatan elaborasi saya juga mendapatkan pemahaman baru mengenaai akronim RASA serta kompetensi-kompetensi coaching.

            Setelah mempelajari modul ini saya merasa tertantang untuk melakukan kegiatan coaching dengan baik dan benar baik dengan murid maupun dengan rekan sejawat.

 

3.        Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

       Saya telah memahami tentang coaching dan bisa mempraktikkannya dengan menggunakan alur TIRTA. Saya juga mampu berkolaborasi dengan rekan sesame CGP untuk menerpakan prakytik coaching.

 

4.        Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

       Hal yang perlu saya perbaiki adalah kompetensi mendengar aktif (menyimak) serta kehadiran penuh agar saya bisa lebih fokus pada coachee ketika melakukan coaching. Saya juga perlu meningkatkan kemampuan saya dalam memberikan pertanyaan berbobot untuk menuntun coachee menemukan solusi dari masalahnya sendiri serta menggali potensi dirinya.

 

5.        Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

       Materi coaching supervise akademik sangat terkait dengan kompetensi dan kematangan diri pribadi. Dengan mempelajari materi ini menambah dan meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial saya dalam berinteraksi di lingkungan. Saya juga menjadi pribadi yang lebih baik lagi terhadap kepedulian dengan rekan sejawat.    

B.       Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1.        Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Bagaimana prinsip dan alur coaching dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi akademik di sekolah?

Untuk dapat menerapkan coaching untuk supervisi akademik di sekolah, maka kepala sekolah harus memiliki pengetahuan tentang coaching dan mau menerapkannya. Supervisi akademik adalah kegiatan pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik jangan hanya dijadikan sebagai bahan penilaian bagi guru, namun supervise harus dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mompetensi kompetensi akademik guru. Kepla sekolah harus memahami tahapan-tahapan dalam melakukan supervise akademik, sebelum melakukan supervise akademik seharusnya kepala sekolah melakukan kegiatan pra observasi untuk mendiskusikan perencanaaan tyang akan dilakukan. Pasca observasi dilakukan guna untuk kepla sekolah memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Ketika melakukan supervise setidaknya guru dibuat nyaman dan tidak merasa tertekan sehingga guru dapat melakukan kegiatan dengan nyaman. 

 

2.        Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Coaching supervisi akademik dapat berpengaruh dalam terwujudnya pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut maka seorang guru harus bisa menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran dan harus mampu memahai perkembangan yang terjadi pada muridnya dari segala aspek tidak hanya aspek kognitif saja.

 

3.        Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal cgp (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan dalam implementasi coaching di sekolah antara lain adalah:

a.         Menyamakan persamaan persepsi dengan kepala sekolah serta rekan sejawat tentang coaching dalam supervisi akademik.

b.        Merubah pola piker bahwa supervisi akademik hanya dijadikan sebagai penilaian rutin kepala sekolah terhadap gurunya sebagai pemenuhan tugas administrasi kepala sekolah, namun bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru.

 

4.        Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam proses coaching adalah:

a.         Melakukan sosialisasi tentang makna supervisi akademik berbasis coaching terhadap rekan guru

b.        Memberikan contoh nyata tentang praktik coaching dengan alur TIRTA dalam kegiatan supervisi akademik. 

c.         Menjalin komunikasi yang efektif dan hubungan kemitraan bersama rekan guru sehingga ketika menghadapi masalah, mereka tidak merasa sungkan untuk mengungkapkannya.

d.        Menghindari pelabelan atau asumsi serta asosiasi (mengaitkan dengan pengalaman pribadi) terhadap kondisi dan peristiwa yang dialami oleh rekan guru serta  agar tidak terjadi penilaian yang negatif.

 

C.       Membuat keterhubungan

1.        Pengalaman masa lalu

Pengalaman yang saya miliki terkait dengan kegiatan supervisi adalah saya pernah disupervisi oleh guru senior yang ada di sekolah saya. Saya juga pernah disupervisi langsung oleh Ibu pengawas SMK yaitu Ibu Nanik Darliana. Kegiatan supervise tersebut dilakukan hanya ingin melihat kegiatan yang saya lakukan di kelas apakah sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada pada modul saya, serta melihat metode pembelajaran saya di kelas.  Apakah pembelajaran saya sudah menerapkan 5C dan perpusat kepada murid. Namun dalam melakukan kegiatan supervise tersebut tidak ada pra, dan pasca supervise sehingga saya tidak tau letak kekurangan saya dalam mengajar.

 

2.        Penerapan di masa mendatang

Setelah memahami materi ini, untuk di masa yang akan datang, supervisi akademik harus dijalankan dengan menggunakan pendekatan yang berbasis kemitraan seperti coaching sehingga dapat meningkatan potensi dan kompetensi guru dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. 

3.        Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Modul 2.1 membahas tentang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid khususnya pembelajaran berdiferensiasi dimana pembelajaran tersebut dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sehingga semua murid mendapatkan pengalaman belajar yang diharapkan dengan menggunakan strategi- strategi pembelajaran differensiasi berupa konten, proses dan  produk. Begitu pula dengan supervisi akademik berbasis coaching  ini hendaknya dilaksanakan dengan didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan guru yang akan disupervisi berupa peningkatan potensi dan kompetensi yang dimilikinya.  

Modul 2.2. membahas tentang pembelajaran sosial emosional dengan 5 kompetensi  berupa kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi  dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang dikuatkan dengan berdasarkan kepada kesadaran penuh (mindfulness). Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menciptakan kesadaran penuh tersebut yaitu teknik STOP.  Dalam kegiatan coaching, seorang coach juga dituntut untuk menyimak dengan kesadaran penuh terhadap setiap informasi yang diberikan oleh coachee agar dapat memberikan pertanyaan yang berbobot untuk menggali potensi yang dimiliki oleh coachee.

 

4.        Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Kegiatan yang coaching dalam supervisi akademik yang dilakukan oleh  kepala sekolah diharapkan dapat membantu guru menggali potensi yang dimilikinya. Kelemahan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan baru dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Sehingga guru dapat belajar jika menghadapi hal yang sama ataupun menghadapi hal-hal yang lebih kompleks lagi.  Kelemahan tersebut dijadikan sebuah komitmen yang akan dikembangkan guru pada kegiatan pembelajaran selanjutnya, melalui sebuah kesadaran sendiri yang timbul dari dalam diri guru sendiri. Oleh karena itu Kepala Sekolah harus harus mampu melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat

 

Related Posts:

0 $type={blogger}:

Posting Komentar

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5

Video's