TUGAS PORTOFOLIO
KE 13
NAMA :
NA’ILIR ROKHMAH
NIM :
2108049031
Kapita Selekta 1: Model
Pengajaran Pendidikan Vokasi
Peningkatan
kemampuan dan keterampilan bagi generasi muda calon tenaga kerja merupakan
tanggung jawab dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses
penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh dan terampil. Dengan kata lain, melalui
pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas sehingga lebih
produktif dan mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain.
Senada dengan
pendapat Tony Wagner di atas, dari berbagai literatur menyebutkan bahwa di abad
21 ini, siswa sebagai produk pendidikan dituntut memiliki kompetensi :
1.
Communication
Skills
2.
Critical and
Creative Thinking
3.
Information/Digital Literacy
4.
Inquiry/Reasoning
Skills
5.
Interpersonal Skills
6.
Multicultural/Multilingual
Literacy
7.
Problem Solving
8.
Technological
Skills
Tujuan
pendidikan pada abad XIX atau abad industri adalah untuk membentuk dan melatih
seseorang dalam suatu pola perilaku tertentu, sesuai dengan standar yang
ditentukan sebelumnya. Hasil pendidikan merupakan tamatan dengan perilaku
sesuai tuntutan proses produksi yang rutin, yaitu mereka yang berperilaku
sederhana, statis dan pola perilakunya dapat diduga sebelumnya. Namun demikian
dunia kerja yang digambarkan tersebut saat ini hampir tidak ada lagi. Dalam era
global, yang pasti adalah ketidakpastian itu. Oleh karenanya tugas pendidikan
dan pelatihan adalah untuk menyiapkan manusia yang mampu berpikir, bersikap dan
bertindak secara kreatif menghadapi perubahan yang tidak terduga.
Dari uraian
di atas jelas bahwa peran pendidikan ke depan adalah untuk menyiapkan SDM era
global yang memiliki hard competencies dan soft competencies secara
terintegrasi untuk mampu berpikir, bersikap dan berbuat secara kreatif dalam
situasi yang tidak dapat diduga sebelumnya. Dalam upaya memenuhi tuntutan
tersebut beberapa negara telah melakukan berbagai pendekatan dalam
pendidikannya sebagai respon atas perubahan tuntutan akan kualitas tenaga
kerja. Sukamto (2001) menyatakan beberapa usaha yang dilakukan untuk merespon
perubahan tersebut antara lain:
a. Dengan pendekatan kompetensi yang pada dasarnya
didorong keinginan mendekatkan dunia pendidikan dengan kebutuhan users,
termasuk dunia kerja. Pendekatan inilah yang dipakai sekarang di Indonesia.
b. Pembelajaran ke arah kontekstual, work based
learning, pelatihan siap pakai dan konsep link and match. Asumsinya adalah
dengan lebih dulu mengidentifikasi perangkat kompetensi lulusan atau konteks
aplikasi pengetahuan, atau kebutuhan dunia bisnis dan industri, isi dan poses
pendidikan di sekolah atau tempat pelatihan lebih berpeluang untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan.
c. Gerakan ke arah sebaliknya dengan mendesain
komponen kurikulum yang membekali kemampuan dasar yang diperluas (broad-based
curriculum), menambah komponen kurikulum adaptif yang diharapkan dapat
meningkatkan fleksibilitas lulusan, atau bahkan di beberapa negara ada trend ke
arah kurikulum yang terintegrasi dan mengarah kepada penyatuan kembali jalur
akademik dan vokasional.
d. Di Australia perubahan karakteristik dunia kerja
telah mendorong pemerintahnya untuk menempatkan kebijakan di bidang pendidikan
dan pelatihan dalam bingkai pendidikan sepanjang hayat. Konsep pendidikan
sepanjang hayat yaitu dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan segala umur
sesuai dengan tingkat pertumbuhan, bahkan untuk kebutuhan pengembangan karir
mereka yang sudah bekerja. Asumsinya adalah bahwa membekali anak didik untuk
dapat memasuki dunia kerja memang penting, tetapi belum cukup untuk menjamin
mereka bertahan dan berkembang mengikuti dinamika dunia kerja. Pembekalan calon
tenaga kerja harus diperluas sampai mereka memiliki pengetahuan, kemampuan dan
motivasi untuk menjadi pembelajar yang efektif sepanjang hidup mereka.
e. Di Jepang, salah satu bentuk pendidikan yang
mempersiapkan anak didik untuk memasuki lapangan kerja abad ini adalah dalam
format comprehensive courses yang menyajikan pendidikan umum dan kejuruan
secara terpadu dalam berbagai mata
pelajaran pilihan sesuai dengan minat, kemampuan, bakat dan rencana
karir masa depannya.
Model
Pengajaran Pendidikan Vokasi dibagi menjadi 4
- Pembelajaran
Berbasis Interaksi Sosial
MANUSIA merupakan makhluk yang diciptakan untuk
bisa memberi manfaat bagi manusia yang lain, sebab secara humanis manusia
adalah makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan dan menatap dunia, secara
otomatis manusia mempunyai dua kebutuhan primer, yaitu hasrat untuk bisa
menyatu dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa kegiatan
dilingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal dengan lingkungan alam
sekitarnya.
Berbicara mengenai proses belajar dan
pembelajaran tentu tidak akan pernah ada habisnya. Bagaimana pun proses belajar
akan terjadi secara kontinu dari masa ke masa. Proses belajar mengajar yang
tidak bisa dianggap gampang nyatanya memerlukan komponen-komponen yang saling
terkait di dalamnya. seperti interaksi antara guru dan murid, sarana prasarana,
administrasi, dan yang tidak kalah penting adalah model pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi
belajar yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar
mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian prestasi belajar yang
memuaskan.
Pembelajaran berbasis interaksi sosial adalah
suatu model pembelajaran yang menekankan pada terbentuknya hubungan antara
peserta didik dengan orang lain. Peran utama pendidikan adalah untuk
menyiagakan warga negara yang dapat mengembangkan perilaku demokratis yang
terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial sehingga mampu meningkatkan
taraf kehidupan yang berbasis demokratis sosial yang produktif.
- Pembelajaran
Berbasis Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya
menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan internal (datang dari dalam
diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasi
data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta
mengembangkan dan mengeksplorasui bahasa untuk mengungkapkan.
Beberapa model dalam kelompok ini meberikan kepada siswa sejumlah konsep,
sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan anailisis,
dan sebagaian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif.
Kemudian menurut Syaiful sagala (2012,74) informasi yang diberikan dalam bentuk
energy fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan,
tekanan untuk sentuhan, dll) diterima oleh reseptor yang peka terhadap tanda
dalam bentuk-bentuk tertentu. Pada model ini, mengutamakan bagaimana membantu
siswa agar mampu berpikir produktif, memecahkan masalah dengan kemampuan
intelektual yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Robert M gagne dalam Rusman (2014: 139-140) dalam proses pembelajaran
model pemrosesan informasi terdiri dari delapan fase, yakni sebagai berikut.
1.
Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinsik
dan ekstrinsik);
2.
Pemahaman, fase ini individu menerima dan memahami informasi yang
diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian;
3.
Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi
yang pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta
didik;
4.
Penahanan, menahan informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi
proses penyimpanan dalam memori siswa;
5.
Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan,
bila ada rangsangan;
6.
Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu;
7.
Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran;
8.
Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.
Menurut Rusman (2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada Sembilan
langkah yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan, yakni sebagai berikut
:
1.
Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa;
2.
Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topic yang akan
dibahas;
3.
Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran;
4.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topic yang telah
direncanakan;
5.
Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran;
6.
Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran;
7.
Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa;
8.
Melaksanakan penilaian proses dan hasil;
9.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.
3.
Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal
Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal – Saat
ini, di abad 21, banyak sekali inovasi dan revolusi yang sudah diciptakan oleh
manusia. Tentunya semua itu untuk mempermudah proses perkembangan pengetahuan
itu sendiri. Pembelajaran pun kini tidak hanya dilakukan secara formal di
sekolah atau instansi tertentu. Namun, juga dapat dilakukan secara informal
melalui banyak media.
Learning and Development berawal dari Revolusi Industri di abad ke-19.
Beberapa pemilik industri pada masa itu mulai mempertimbangkan untuk
mengembangkan keterampilan para buruhnya, karena adanya ketimpangan dalam
kemampuan bekerja. Pengadaan pelatihan atau training di tempat kerja pun
menjadi tren tersendiri pada masa itu. Hal tersebut berlanjut hingga masa kini,
di mana perkembangan dari Learning and Development sendiri pun sudah mengalami
perubahan secara drastis seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Hal itu
sejalan pula dengan perkembangan teknologi dunia.
Kita pun mulai menyadari pentingnya pendekatan
“Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal” atau yang biasa kita kenal juga
sebagai Pembelajaran Berbasis Pengalaman atau Experiential Learning
Seperti
namanya, pembelajaran berbasis aktivitas (Experiential Learning)
melibatkan cara belajar yang berpusat pada “mengalami”. Berbasis aktivitas, hal
ini bisa dipandang sebagai suatu pendekatan yang menekankan pada kegiatan para
peserta belajar/pelatihan secara optimal. Dengan tujuan memperoleh hasil
pembelajaran antara perpaduan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor
sekaligus.
Pembelajaran dengan orientasi aktivitas menekankan keterlibatan peserta
secara optimal, artinya dengan pembelajaran tersebut dapat diperoleh
keseimbangan antara aktivitas fisik, emosional, mental dan intelektual.
Pendekatan pembelajaran eksperiental, menurut David Kolb, EL dapat
didefinisikan sebagai proses di mana pengetahuan diperoleh melalui transformasi
berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, pendekatan ini mengharuskan peserta
belajar untuk memiliki peran aktif saat proses belajar. Mereka harus terjun
untuk mengalami apa yang hendak dipelajari. Selanjutnya, diikuti oleh sebuah
analisa atau refleksi, sebagai metode untuk meresapi dan memahami apa yang sudah
dilakukan atau dipelajari selama terjadinya proses pembelajaran.
Teori ini pun dipertegas oleh John Dewey (1859-1952) yang menyatakan
bahwa kita tidak belajar dari pengalaman, melainkan kita belajar dari refleksi
kita terhadap pengalaman tersebut. Pembelajaran eksperiental dapat diterapkan
dalam bentuk permainan, simulasi, atau pemecahan suatu masalah.
4. Pembelajaran Berbasis Sistem Perilaku
Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar
kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing
untuk dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku
kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Dari beragam pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran diatas menunjukan bahwa
berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien.
Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut
diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya
para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas
dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal
tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu,
proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkasn baik oleh guru
maupun murid.
5.
Model-model pembelajaran telah banyak
6.
diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal
7.
sosial untuk
mengarungi kehidupannya kelak.
8.
Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai
9.
manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu
10.
individual dan sosial. Dua dimensi ini akan
11.
mempengaruhi roda kehidupannya sebagai
12.
manusia. Para pakar psikologi pendidikan
13.
percaya bahwa lingkungan menjadi faktor
14.
penting bagaiamana memahami individu
15. sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem
16. pendidikan merupakan bagian dari masyarakat
17.
dan berhubungan dengan apa yang haru
18.
Model-model pembelajaran telah banyak
19.
diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal
20. sosial untuk mengarungi kehidupannya kelak.
21.
Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai
22.
manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu
23.
individual dan sosial. Dua dimensi ini akan
24.
mempengaruhi roda kehidupannya sebagai
25.
manusia. Para pakar psikologi pendidikan
26.
percaya bahwa lingkungan menjadi faktor
27.
penting bagaiamana memahami individu
28. sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem
29. pendidikan merupakan bagian dari masyarakat
30.
dan berhubungan dengan apa yang haru
31.
Model-model pembelajaran telah banyak
32.
diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal
33. sosial untuk mengarungi kehidupannya kelak.
34.
Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai
35.
manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu
36.
individual dan sosial. Dua dimensi ini akan
37.
mempengaruhi roda kehidupannya sebagai
38.
manusia. Para pakar psikologi pendidikan
39.
percaya bahwa lingkungan menjadi faktor
40.
penting bagaiamana memahami individu
41. sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem
42. pendidikan merupakan bagian dari masyarakat
43.
dan berhubungan dengan apa yang haru
0 $type={blogger}:
Posting Komentar