About

Senin, 11 Juli 2022

Model Pengajaran Pendidikan Vokasi

 

TUGAS PORTOFOLIO KE 13

NAMA     : NA’ILIR ROKHMAH

NIM          : 2108049031

 

Kapita Selekta 1: Model Pengajaran Pendidikan Vokasi

Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi generasi muda calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh dan terampil. Dengan kata lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain.

Senada dengan pendapat Tony Wagner di atas, dari berbagai literatur menyebutkan bahwa di abad 21 ini, siswa sebagai produk pendidikan dituntut memiliki kompetensi :

1.      Communication Skills

2.      Critical and Creative Thinking

3.      Information/Digital Literacy

4.      Inquiry/Reasoning Skills

5.      Interpersonal Skills

6.      Multicultural/Multilingual Literacy

7.      Problem Solving

8.      Technological Skills

Tujuan pendidikan pada abad XIX atau abad industri adalah untuk membentuk dan melatih seseorang dalam suatu pola perilaku tertentu, sesuai dengan standar yang ditentukan sebelumnya. Hasil pendidikan merupakan tamatan dengan perilaku sesuai tuntutan proses produksi yang rutin, yaitu mereka yang berperilaku sederhana, statis dan pola perilakunya dapat diduga sebelumnya. Namun demikian dunia kerja yang digambarkan tersebut saat ini hampir tidak ada lagi. Dalam era global, yang pasti adalah ketidakpastian itu. Oleh karenanya tugas pendidikan dan pelatihan adalah untuk menyiapkan manusia yang mampu berpikir, bersikap dan bertindak secara kreatif menghadapi perubahan yang tidak terduga.

Dari uraian di atas jelas bahwa peran pendidikan ke depan adalah untuk menyiapkan SDM era global yang memiliki hard competencies dan soft competencies secara terintegrasi untuk mampu berpikir, bersikap dan berbuat secara kreatif dalam situasi yang tidak dapat diduga sebelumnya. Dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut beberapa negara telah melakukan berbagai pendekatan dalam pendidikannya sebagai respon atas perubahan tuntutan akan kualitas tenaga kerja. Sukamto (2001) menyatakan beberapa usaha yang dilakukan untuk merespon perubahan tersebut antara lain:

a.    Dengan pendekatan kompetensi yang pada dasarnya didorong keinginan mendekatkan dunia pendidikan dengan kebutuhan users, termasuk dunia kerja. Pendekatan inilah yang dipakai sekarang di Indonesia.

b.    Pembelajaran ke arah kontekstual, work based learning, pelatihan siap pakai dan konsep link and match. Asumsinya adalah dengan lebih dulu mengidentifikasi perangkat kompetensi lulusan atau konteks aplikasi pengetahuan, atau kebutuhan dunia bisnis dan industri, isi dan poses pendidikan di sekolah atau tempat pelatihan lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

c.     Gerakan ke arah sebaliknya dengan mendesain komponen kurikulum yang membekali kemampuan dasar yang diperluas (broad-based curriculum), menambah komponen kurikulum adaptif yang diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas lulusan, atau bahkan di beberapa negara ada trend ke arah kurikulum yang terintegrasi dan mengarah kepada penyatuan kembali jalur akademik dan vokasional.

d.    Di Australia perubahan karakteristik dunia kerja telah mendorong pemerintahnya untuk menempatkan kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan dalam bingkai pendidikan sepanjang hayat. Konsep pendidikan sepanjang hayat yaitu dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan segala umur sesuai dengan tingkat pertumbuhan, bahkan untuk kebutuhan pengembangan karir mereka yang sudah bekerja. Asumsinya adalah bahwa membekali anak didik untuk dapat memasuki dunia kerja memang penting, tetapi belum cukup untuk menjamin mereka bertahan dan berkembang mengikuti dinamika dunia kerja. Pembekalan calon tenaga kerja harus diperluas sampai mereka memiliki pengetahuan, kemampuan dan motivasi untuk menjadi pembelajar yang efektif sepanjang hidup mereka.

e.    Di Jepang, salah satu bentuk pendidikan yang mempersiapkan anak didik untuk memasuki lapangan kerja abad ini adalah dalam format comprehensive courses yang menyajikan pendidikan umum dan kejuruan secara terpadu dalam berbagai mata  pelajaran pilihan sesuai dengan minat, kemampuan, bakat dan rencana karir masa depannya.

Model Pengajaran Pendidikan Vokasi dibagi menjadi 4

  1. Pembelajaran Berbasis Interaksi Sosial

MANUSIA merupakan makhluk yang diciptakan untuk bisa memberi manfaat bagi manusia yang lain, sebab secara humanis manusia adalah makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan dan menatap dunia, secara otomatis manusia mempunyai dua kebutuhan primer, yaitu hasrat untuk bisa menyatu dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa kegiatan dilingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal dengan lingkungan alam sekitarnya.

Berbicara mengenai proses belajar dan pembelajaran tentu tidak akan pernah ada habisnya. Bagaimana pun proses belajar akan terjadi secara kontinu dari masa ke masa. Proses belajar mengajar yang tidak bisa dianggap gampang nyatanya memerlukan komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya. seperti interaksi antara guru dan murid, sarana prasarana, administrasi, dan yang tidak kalah penting adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.

Pembelajaran berbasis interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada terbentuknya hubungan antara peserta didik dengan orang lain. Peran utama pendidikan adalah untuk menyiagakan warga negara yang dapat mengembangkan perilaku demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokratis sosial yang produktif.

  1. Pembelajaran Berbasis Pemrosesan Informasi

Model-model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasi data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan dan mengeksplorasui bahasa untuk mengungkapkan.
Beberapa model dalam kelompok ini meberikan kepada siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan anailisis, dan sebagaian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Kemudian menurut Syaiful sagala (2012,74) informasi yang diberikan dalam bentuk energy fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan, tekanan untuk sentuhan, dll) diterima oleh reseptor yang peka terhadap tanda dalam bentuk-bentuk tertentu. Pada model ini, mengutamakan bagaimana membantu siswa agar mampu berpikir produktif, memecahkan masalah dengan kemampuan intelektual yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Robert M gagne dalam Rusman (2014: 139-140) dalam proses pembelajaran model pemrosesan informasi terdiri dari delapan fase, yakni sebagai berikut.

1.        Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinsik dan ekstrinsik);

2.        Pemahaman, fase ini individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian;

3.        Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi yang pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik;

4.        Penahanan, menahan informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa;

5.        Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan;

6.        Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu;

7.        Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran;

8.        Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.

Menurut Rusman (2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan, yakni sebagai berikut :

1.         Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa;

2.         Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topic yang akan dibahas;

3.         Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran;

4.         Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topic yang telah direncanakan;

5.        Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran;

6.        Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran;

7.        Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa;

8.        Melaksanakan penilaian proses dan hasil;

9.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.

3.        Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal

Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal – Saat ini, di abad 21, banyak sekali inovasi dan revolusi yang sudah diciptakan oleh manusia. Tentunya semua itu untuk mempermudah proses perkembangan pengetahuan itu sendiri. Pembelajaran pun kini tidak hanya dilakukan secara formal di sekolah atau instansi tertentu. Namun, juga dapat dilakukan secara informal melalui banyak media.

Learning and Development berawal dari Revolusi Industri di abad ke-19. Beberapa pemilik industri pada masa itu mulai mempertimbangkan untuk mengembangkan keterampilan para buruhnya, karena adanya ketimpangan dalam kemampuan bekerja. Pengadaan pelatihan atau training di tempat kerja pun menjadi tren tersendiri pada masa itu. Hal tersebut berlanjut hingga masa kini, di mana perkembangan dari Learning and Development sendiri pun sudah mengalami perubahan secara drastis seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Hal itu sejalan pula dengan perkembangan teknologi dunia.

Kita pun mulai menyadari pentingnya pendekatan “Pembelajaran Berbasis Aktivitas Personal” atau yang biasa kita kenal juga sebagai Pembelajaran Berbasis Pengalaman atau Experiential Learning

Seperti namanya, pembelajaran berbasis aktivitas (Experiential Learning) melibatkan cara belajar yang berpusat pada “mengalami”. Berbasis aktivitas, hal ini bisa dipandang sebagai suatu pendekatan yang menekankan pada kegiatan para peserta belajar/pelatihan secara optimal. Dengan tujuan memperoleh hasil pembelajaran antara perpaduan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor sekaligus.

Pembelajaran dengan orientasi aktivitas menekankan keterlibatan peserta secara optimal, artinya dengan pembelajaran tersebut dapat diperoleh keseimbangan antara aktivitas fisik, emosional, mental dan intelektual. Pendekatan pembelajaran eksperiental, menurut David Kolb, EL dapat didefinisikan sebagai proses di mana pengetahuan diperoleh melalui transformasi berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, pendekatan ini mengharuskan peserta belajar untuk memiliki peran aktif saat proses belajar. Mereka harus terjun untuk mengalami apa yang hendak dipelajari. Selanjutnya, diikuti oleh sebuah analisa atau refleksi, sebagai metode untuk meresapi dan memahami apa yang sudah dilakukan atau dipelajari selama terjadinya proses pembelajaran.

Teori ini pun dipertegas oleh John Dewey (1859-1952) yang menyatakan bahwa kita tidak belajar dari pengalaman, melainkan kita belajar dari refleksi kita terhadap pengalaman tersebut. Pembelajaran eksperiental dapat diterapkan dalam bentuk permainan, simulasi, atau pemecahan suatu masalah.

4.    Pembelajaran Berbasis Sistem Perilaku

Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.

Dari beragam pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran diatas menunjukan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkasn baik oleh guru maupun murid.

 

5.      Model-model pembelajaran telah banyak

6.             diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal

7.      sosial untuk mengarungi kehidupannya kelak.

8.      Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai

9.      manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu

10. individual dan sosial. Dua dimensi ini akan

11.                mempengaruhi roda kehidupannya sebagai

12.            manusia. Para pakar psikologi pendidikan

13.            percaya bahwa lingkungan menjadi faktor

14.         penting bagaiamana memahami individu

15.  sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem

16.  pendidikan merupakan bagian dari masyarakat

17.            dan berhubungan dengan apa yang haru

18.  Model-model pembelajaran telah banyak

19.      diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal

20.  sosial untuk mengarungi kehidupannya kelak.

21.  Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai

22.  manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu

23. individual dan sosial. Dua dimensi ini akan

24.                mempengaruhi roda kehidupannya sebagai

25.            manusia. Para pakar psikologi pendidikan

26.            percaya bahwa lingkungan menjadi faktor

27.         penting bagaiamana memahami individu

28.  sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem

29.  pendidikan merupakan bagian dari masyarakat

30.            dan berhubungan dengan apa yang haru

31.  Model-model pembelajaran telah banyak

32.      diterapkan oleh guru sebagai sarana untuk modal

33.  sosial untuk mengarungi kehidupannya kelak.

34.  Hal ini didasari bahwa, peserta didik sebagai

35.  manusia memiliki dua dimensi kehidupan yaitu

36. individual dan sosial. Dua dimensi ini akan

37.                mempengaruhi roda kehidupannya sebagai

38.            manusia. Para pakar psikologi pendidikan

39.            percaya bahwa lingkungan menjadi faktor

40.         penting bagaiamana memahami individu

41.  sebagai makhluk sosial. Kenyataannya, sistem

42.  pendidikan merupakan bagian dari masyarakat

43.            dan berhubungan dengan apa yang haru

0 $type={blogger}:

Posting Komentar

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5

Video's