TUGAS PORTOFOLIO KE – 14
NAMA :
NA’ILIR ROKHMAH
NIM :
2108049031
Model Pembelajaran
Pendidikan Vokasi Masa Depan
Pendidikan dan pelatihan teknis dan vokasi (TVET)
adalah investasi penting untuk meningkatkanketerampilan yang dibutuhkan
untuk angkatan kerja yang baru. Seperti negara berkembang lainnya, Indonesia
telah berhasil mengembangkan program wajib belajardua belas tahun, memberi
pelatihan kerja melalui pusat-pusat pelatihan kerja, dan mendorong
program-program magang. Berbagai upaya ini bertujuan untuk memastikan
bahwa generasi angkatan kerjaberikutnya memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk bekerja. Namun, sistem TVET Indonesia masih belum memadai
kualitasnya, sebagian karena pengajaran dan pembelajaran masih belum efektif
dan efisien, dan keterampilan yang diajarkan tidak selalu sesuaidengan
kebutuhan industri. Pendanaan juga menjadi pertimbangan penting: Pemerintah
masih belum mampu untuk mendanai dan mengelola TVET dengan optimal untuk
memenuhi kebutuhan angkatan kerjaIndonesia.
Untuk mengembangkan sistem TVET yang dapat memenuhi
tuntutan pasar tenaga kerja masa depan, dua persoalan utama perlu dijawab.
Pertama, mengintegrasi sistem TVET nasional untuk meningkatkan
keterpaduanantara pemerintah, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan industri.
Kedua, meningkatkan kualitas dan fleksibilitas pengajaran dan pembelajaran di
lembaga TVET dan memastikan bahwa para siswa terlibat aktif dan belajar secara
efektif.
Sub-tema ini mendalami:
- Berbagai pendekatan untuk
mengintegrasikan pemerintah, lembaga TVET dan industri dalam mengembangkan
dan mengelola sistem TVET yang efektif;
- Pendekatan untuk
meningkatkan keterlibatan industri dalam TVET;
- Pendekatan pendanaan dan
pengelolaan TVET, termasuk dengan partisipasi industri dan organisasi
non-pemerintah;
- Merancang kurikulum TVET
yang akan mempersiapkan generasi berikutnya sesuai kebutuhan angkatan
kerja masa depan;
- Strategi pemberian insentif
bagi pekerja untuk menjalankan pelatihan;
- Inovasi dalam perangkat
pengajaran dan pembelajaran, termasuk menggunakan teknologi untuk
mendukung pengajaran dan pembelajaran yang lebih baik;
- Strategi untuk meningkatkan
pemagangan dan sertifikasi;
- Sistem TVET yang baik dari
negara lain yang dapat diadaptasi kedalamkonteks Indonesia.
Pendidikan
Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian
tertentu, meliputi program pendidikan diploma (diploma 1, diploma 2, diploma 3
dan diploma 4) yang setara program pendidikan akademik.
Sedangkan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Kedua
model pendidikan ini memiliki orientasi yang sama, yaitu sistem pendidikan
yang mengarahkan dan mempersiapkan peserta didik agar memiliki keahian khusus
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, seperti bisnis, pabrikasi,
pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan
lainnya.
Definisi
di atas mengantarkan pemahaman yang sama antara pendidikan vokasi dan
pendidikan kejuruan karena sama-sama mengajarkan materi ketrampilan terapan.
Namun pada dasarnya pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan merupakan dua
system pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja di bidang tertentu
sedangkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu.
Strategi
Pembelajaran Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan
Guna
mempersiapkan siswa yang profesional di bidangnya, pendidikan kejuruan dan
vokasi mengembangankan sistem pembelajaran ganda (dual system), yaitu
pembelajaran di sekolah (in the job training) dan bekerja langsung pada dunia
Industri (on the job training), Dual System SMK-DUDI.
Melalui dual
system ini, lulusan pendidikan kejuruan diharapkan memiliki lima
kompetensi utama sesuai kebutuhan pemangku kepentngan, yaitu;
1.
Kebutuhan masyarakat (societal needs)
2.
Kebutuhan dunia kerja (industrial needs)
3.
Kebutuhan profesional (professional needs)
4.
Kebutuhan generasi masa depan (vision needs)
5.
Kebutuhan ilmu pengetahuan (scientific needs)
Hal ini sejalan
dengan arah pendidikan nasional yang ditujukan untuk menghasilkan sumber
daya manusia Indonesia yang memiliki karakter, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Masa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.
Untuk menjawab arah pendidikan bangsa tersebut maka
pendidikan kejuruan dan vokasi memberikan jawaban yang kompherensif.
Melalui in the job training, peserta didik akan memiliki karakter manusia
yang berjiwa pancasilais, sedangkan melalui on the job training peserta
didik akan menjadi pribadi yang cakap/profesional/memiliki keahlian, kreatif,
mandiri dan bertanggungjawab.
Hal ini sangat
didukung dengan tiga klasifikasi pada struktur kurikulum pendidikan kejuruan
yang memuat tiga kelompok mata pelajaran, yaitu:
1.
Mata pelajaran normatif, yaitu kelompok mata pelajaran
yang akan membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter dan
memiliki norma dan nilai, meliputi integritas, religius, nasionalis, mandiri
dan gotong royong.
2.
Mata pelajaran adaptif, yaitu kelompok mata pelajaran
yang mampu membentuk peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan sosial, serta mampu beradaptsi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3.
Mata pelajaran produktif, yaitu kelompok mata
pelajaran yang bersifat melayani permintaan dunia kerja. Kelompok mata
pelajaran ini akan membekali peserta didik agar memiliki kmpetensi kerja sesuai
standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI).
0 $type={blogger}:
Posting Komentar