About

Jumat, 15 Juli 2022

Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi Masa Depan

 

TUGAS PORTOFOLIO KE – 14

NAMA            : NA’ILIR ROKHMAH

NIM                : 2108049031

Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi Masa Depan

Pendidikan dan pelatihan teknis dan vokasi (TVET) adalah investasi penting untuk meningkatkanketerampilan yang dibutuhkan untuk angkatan kerja yang baru. Seperti negara berkembang lainnya, Indonesia telah berhasil mengembangkan program wajib belajardua belas tahun, memberi pelatihan kerja melalui pusat-pusat pelatihan kerja, dan mendorong program-program magang. Berbagai upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa generasi angkatan kerjaberikutnya memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja. Namun, sistem TVET Indonesia masih belum memadai kualitasnya, sebagian karena pengajaran dan pembelajaran masih belum efektif dan efisien, dan keterampilan yang diajarkan tidak selalu sesuaidengan kebutuhan industri. Pendanaan juga menjadi pertimbangan penting: Pemerintah masih belum mampu untuk mendanai dan mengelola TVET dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan angkatan kerjaIndonesia.

Untuk mengembangkan sistem TVET yang dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja masa depan, dua persoalan utama perlu dijawab. Pertama, mengintegrasi sistem TVET nasional untuk meningkatkan keterpaduanantara pemerintah, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan industri. Kedua, meningkatkan kualitas dan fleksibilitas pengajaran dan pembelajaran di lembaga TVET dan memastikan bahwa para siswa terlibat aktif dan belajar secara efektif.

Sub-tema ini mendalami:

  • Berbagai pendekatan untuk mengintegrasikan pemerintah, lembaga TVET dan industri dalam mengembangkan dan mengelola sistem TVET yang efektif;
  • Pendekatan untuk meningkatkan keterlibatan industri dalam TVET;
  • Pendekatan pendanaan dan pengelolaan TVET, termasuk dengan partisipasi industri dan organisasi non-pemerintah;
  • Merancang kurikulum TVET yang akan mempersiapkan generasi berikutnya sesuai kebutuhan angkatan kerja masa depan;
  • Strategi pemberian insentif bagi pekerja untuk menjalankan pelatihan;
  • Inovasi dalam perangkat pengajaran dan pembelajaran, termasuk menggunakan teknologi untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran yang lebih baik;
  • Strategi untuk meningkatkan pemagangan dan sertifikasi;
  • Sistem TVET yang baik dari negara lain yang dapat diadaptasi kedalamkonteks Indonesia.

Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian tertentu, meliputi program pendidikan diploma (diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4) yang setara program pendidikan akademik. Sedangkan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. 

Kedua model pendidikan ini memiliki orientasi yang sama, yaitu sistem pendidikan yang mengarahkan dan mempersiapkan peserta didik agar memiliki keahian khusus untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan lainnya. 

Definisi di atas mengantarkan pemahaman yang sama antara pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan karena sama-sama mengajarkan materi ketrampilan terapan. Namun pada dasarnya pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan merupakan dua system pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja di bidang tertentu sedangkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. 

Strategi Pembelajaran Pendidikan Vokasi, Teknologi dan Kejuruan

Guna mempersiapkan siswa yang profesional di bidangnya, pendidikan kejuruan dan vokasi mengembangankan sistem pembelajaran ganda (dual system), yaitu pembelajaran di sekolah (in the job training) dan bekerja langsung pada dunia Industri (on the job training), Dual System SMK-DUDI.

Melalui dual system ini, lulusan pendidikan kejuruan diharapkan memiliki lima kompetensi utama sesuai kebutuhan pemangku kepentngan, yaitu;

1.                  Kebutuhan masyarakat (societal needs)

2.                  Kebutuhan dunia kerja (industrial needs)

3.                  Kebutuhan profesional (professional needs)

4.                  Kebutuhan generasi masa depan (vision needs)

5.                  Kebutuhan ilmu pengetahuan (scientific needs)

 

Hal ini sejalan dengan arah pendidikan nasional yang ditujukan untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki karakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. 

Untuk menjawab arah pendidikan bangsa tersebut maka pendidikan kejuruan dan vokasi memberikan jawaban yang kompherensif. Melalui in the job training, peserta didik akan memiliki karakter manusia yang berjiwa pancasilais, sedangkan melalui on the job training peserta didik akan menjadi pribadi yang cakap/profesional/memiliki keahlian, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab.

Hal ini sangat didukung dengan tiga klasifikasi pada struktur kurikulum pendidikan kejuruan yang memuat tiga kelompok mata pelajaran, yaitu:

1.        Mata pelajaran normatif, yaitu kelompok mata pelajaran yang akan membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter dan memiliki norma dan nilai, meliputi integritas, religius, nasionalis, mandiri dan gotong royong.

2.        Mata pelajaran adaptif, yaitu kelompok mata pelajaran yang mampu membentuk peserta didik memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, serta mampu beradaptsi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.        Mata pelajaran produktif, yaitu kelompok mata pelajaran yang bersifat melayani permintaan dunia kerja. Kelompok mata pelajaran ini akan membekali peserta didik agar memiliki kmpetensi kerja sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI).

 

 

0 $type={blogger}:

Posting Komentar

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5

Video's